Oleh: Bara Winatha*)
Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, resmi membuka rangkaian lawatan kenegaraan ke kawasan Timur Tengah dengan kunjungan pertamanya ke Uni Emirat Arab (UEA) pada Rabu, 9 April 2025. Lawatan ini menjadi momentum penting untuk membahas perkembangan geopolitik dan geoekonomi global bersama Presiden UEA, Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan (MBZ), di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan internasional dan situasi kemanusiaan yang kian kompleks di kawasan Palestina.
Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden, Yusuf Permana, menjelaskan bahwa pertemuan tersebut merupakan bagian dari strategi diplomasi yang komprehensif. Ia menyampaikan bahwa agenda lawatan Presiden Prabowo ke Timur Tengah dimaksudkan untuk memperkuat kerja sama strategis Indonesia dengan negara-negara di kawasan tersebut, sekaligus membahas solusi konkret terhadap ketegangan global yang berdampak pada stabilitas ekonomi dan politik Indonesia.
Yusuf menilai, konsultasi intensif dengan para pemimpin Timur Tengah, termasuk Presiden MBZ, menjadi krusial di tengah tantangan ekonomi global yang tengah berkembang. Setelah pertemuan pribadi, dijadwalkan adanya pengumuman resmi mengenai dokumen kerja sama seperti nota kesepahaman (MoU) dan surat pernyataan minat (LOI) dari kedua negara, yang menandai kesepahaman dan komitmen strategis dalam berbagai sektor, termasuk investasi, perdagangan, dan kerja sama kemanusiaan.
Kunjungan ini juga menjadi sinyal kuat bahwa Indonesia, di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo, berupaya menegaskan perannya sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar yang aktif dalam memelihara stabilitas internasional. Presiden Prabowo tidak hanya membawa misi diplomatik, tetapi juga kemanusiaan. Dalam kesempatan ini, Indonesia juga menyuarakan dukungan terhadap upaya rekonstruksi Jalur Gaza pasca serangan yang terus berlangsung, serta rencana evakuasi sementara terhadap 1.000 warga Palestina ke Indonesia.
Juru Bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan, Philips Vermonte, menjelaskan bahwa lawatan ini memperlihatkan konsistensi Indonesia dalam menjalin kerja sama erat dengan negara-negara sahabat, khususnya Turki dan UEA, dalam rangka memperkuat solidaritas antarnegara berpenduduk mayoritas Muslim. Ia menyebut bahwa Indonesia dan Turki, misalnya, merupakan kekuatan menengah yang memiliki posisi strategis dalam memperjuangkan semangat perdamaian dunia, khususnya terkait isu Palestina.
Philips juga menyatakan bahwa Indonesia telah menunjukkan komitmen nyata melalui kerja sama dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) dalam penggalangan dana kemanusiaan senilai 200 juta dolar AS untuk membantu rakyat Palestina. Inisiatif tersebut menjadi bentuk konkret solidaritas Indonesia terhadap penderitaan warga Gaza, sekaligus memperkuat posisi diplomatik Indonesia dalam isu kemanusiaan global.
Di sisi lain, perkembangan kebijakan ekonomi global turut menjadi perhatian utama dalam kunjungan Presiden Prabowo. Ketegangan yang dipicu oleh kebijakan tarif baru dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, telah menimbulkan kekhawatiran terhadap stabilitas sistem perdagangan internasional. Kebijakan tersebut dinilai berpotensi menimbulkan konflik dagang lintas negara dan mengancam sendi-sendi kerja sama global yang selama ini dijaga melalui sistem multilateral seperti World Trade Organization (WTO).
Dosen Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran dan President University, Teuku Rezasyah, menyatakan bahwa dalam konteks global yang kian rentan ini, Indonesia harus mengambil peran sebagai penyeimbang. Ia menilai, inisiatif Presiden Prabowo untuk menjalin konsultasi dengan pemimpin negara-negara Timur Tengah merupakan langkah strategis untuk menakar kesiapan kawasan tersebut dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global, serta membuka jalur investasi baru bagi Indonesia.
Menurutnya, Indonesia perlu mendalami bagaimana persepsi negara-negara Timur Tengah terhadap kondisi ekonomi di Amerika Serikat. Jika muncul ketidaknyamanan dari investor Timur Tengah terhadap situasi di AS, maka Indonesia harus mampu menawarkan diri sebagai alternatif tujuan investasi yang kompetitif. Stabilitas nasional, daya saing ekonomi yang kuat, serta kedekatan budaya menjadi modal utama Indonesia dalam meyakinkan para investor dari kawasan tersebut.
Lebih dari sekadar lawatan protokoler, kunjungan Presiden Prabowo ke lima negara Timur Tengahyakni UEA, Turki, Mesir, Qatar, dan Yordaniamerupakan bagian dari strategi besar untuk menavigasi arah kebijakan luar negeri Indonesia dalam menyikapi dinamika geopolitik yang terus berubah. Setiap kunjungan diatur sedemikian rupa untuk membangun kesepahaman baru, baik dalam bidang ekonomi, pertahanan, maupun kerja sama kemanusiaan.
Di Turki, Presiden Prabowo dijadwalkan untuk menghadiri Antalya Diplomacy Forum dan menyampaikan pidato dalam sesi leaders talk. Forum ini menjadi panggung penting bagi Indonesia untuk memperkuat diplomasi multilateral dan menyuarakan posisi moderat dalam berbagai konflik global. Di Mesir, Qatar, dan Yordania, Prabowo dijadwalkan untuk bertemu para pemimpin negara guna melakukan konsultasi bilateral, membahas perkembangan kawasan, serta mendorong percepatan kesepakatan strategis antara Indonesia dan masing-masing negara.
Lawatan kenegaraan ini mempertegas arah kebijakan luar negeri Indonesia yang proaktif dan solutif dalam menghadapi tantangan global. Presiden Prabowo tidak hanya berperan sebagai pemimpin nasional, tetapi juga sebagai negosiator aktif yang membawa aspirasi bangsa ke dalam percaturan global. Inisiatif Presiden Prabowo di kawasan Timur Tengah menjadi langkah awal menuju tata dunia yang lebih adil, damai, dan seimbangdi mana suara negara berkembang seperti Indonesia memiliki peran yang semakin sentral.
*)Penulis merupakan pengamat sosial dan kemasyarakatan.
[edRW]