Jakarta – Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menyelesaikan rangkaian lawatan luar negeri yang memperkuat posisi Indonesia dalam diplomasi kawasan. Dalam lawatannya kali ini, Presiden Prabowo bertemu dengan sejumlah pemimpin negara di Asia dan Eropa guna membahas berbagai isu strategis yang berdampak langsung pada hubungan bilateral serta stabilitas regional.
“Lawatan ini bertujuan untuk memperkokoh hubungan Indonesia dengan negara-negara mitra, terutama di kawasan Asia dan Eropa. Diplomasi yang kami lakukan fokus pada peningkatan kerja sama ekonomi, pertahanan, dan politik yang saling menguntungkan,” ujar Presiden Prabowo dalam pernyataan pers setelah kembali ke tanah air.
Dalam pertemuan dengan para pemimpin dunia, Presiden Prabowo menekankan pentingnya Indonesia sebagai aktor utama dalam mempromosikan perdamaian dan stabilitas di kawasan Asia Tenggara. Selain itu, Indonesia juga mengajak negara-negara di kawasan untuk bersama-sama mengatasi tantangan global, seperti perubahan iklim, ketegangan geopolitik, dan krisis ekonomi dunia.
Sebagai negara dengan posisi strategis, Indonesia memiliki peran yang semakin penting dalam menjaga ketertiban internasional. Lawatan ini juga membuka peluang bagi Indonesia untuk memperluas pasar perdagangan dan investasi, serta meningkatkan kerja sama dalam berbagai sektor seperti teknologi, energi terbarukan, dan keamanan siber.
“Indonesia ingin memastikan bahwa kawasan kita tetap damai, stabil, dan berkembang. Lawatan ini adalah bagian dari upaya untuk memantapkan posisi Indonesia sebagai pemimpin yang konstruktif dalam diplomasi kawasan.” Lanjut Presiden Prabowo
Dalam lawatannya kali ini, Juru Bicara Kemenlu, Roy Soemirat merinci bahwa Bapak Presiden Prabowo berhasil menandatangani kesepakatan kerja sama yang diperkirakan bernilai 21,36 miliar dolar AS, atau sekitar Rp 337 triliun.
“Paling tidak tercatat ada sekitar 24 kerja sama yang bersifat government to government dan juga sekitar 27 kerja sama atau komitmen di antara para pelaku bisnis atau private sector. Yang khusus private sector ini mencapai nilai 21,36 miliar dollar AS,” kata Roy
Roy juga menyampaikan bahwa perjanjian bisnis tersebut mencakup berbagai sektor, termasuk transisi energi, ketahanan pangan, hilirisasi industri, dan beberapa bidang lainnya.
Dengan diplomasi yang semakin terbuka dan dinamis, Indonesia berharap dapat terus meningkatkan daya saing globalnya, sekaligus berperan aktif dalam menjaga perdamaian dan kemakmuran di kawasan Asia dan dunia.