Haji 2025 Berakhir Khidmat, Rasa Syukur dan Terima Kasih Mengalir dari Jemaah

Haji 2025 Berakhir Khidmat, Rasa Syukur dan Terima Kasih Mengalir dari Jemaah

Oleh: Melati Cahaya Ramadhani )*

Pelaksanaan ibadah haji pada tahun 2025 menutup rangkaiannya dengan nuansa penuh khidmat yang menyentuh hati. Sebanyak jutaan jemaah dari berbagai macam penjuru dunia, termasuk lebih dari 200.000 jemaah asal Indonesia, berhasil menyelesaikan seluruh prosesi dengan tertib dan penuh kekhusyukan.

Di balik padatnya jadwal ibadah dan tantangan fisik, terutama karena adanya cuaca ekstrem yang menyentuh hingga 40 derajat Celsius, semangat dari para jemaah sama sekali tak surut sedikit pun. Sebaliknya, luapan rasa syukur dan terima kasih justru kian menguat dari mereka yang berhasil menuntaskan rukun Islam kelima itu.

Sejak awal pelaksanaan, jutaan jemaah memulai perjalanan spiritual mereka menuju ke Mina. Prosesi itu bukan hanya sekadar perpindahan fisik semata, tetapi lebih dari itu—sebuah perjalanan ke dalam jiwa yang menguji bagaimana keikhlasan dan keteguhan iman dari seseorang.

Para jemaah memadati Lembah Mina dengan langkah mereka yang mantap, serta dengan mengenakan pakaian ihram, dan membulatkan niat untuk bia menggapai ridha Allah SWT. Kebersamaan lintas bangsa dan budaya pun terasa nyata, dan semakin menguatkan makna persatuan dalam kesetaraan di hadapan Tuhan Yang Maha Esa.

Ahmad Al-Mansur, jemaah asal Mesir, menyampaikan rasa syukurnya yang mendalam atas kesempatan berhaji pada tahun 2025 ini. Menurutnya, ibadah haji merupakan puncak dari harapan panjang dan doa-doa yang sama sekali tak henti untuk terus dipanjatkan.

Di matanya, Mina bukan hanya sekadar menjadi kota tenda yang mampu menampung lautan manusia saja, tetapi juga sekaligus menjadi tempat bagi dimulainya pembersihan jiwa secara total. Kekhusyukan yang mengiringi perjalanan para jemaah tersebut dapat menghapus batas-batas geografis, kemudian mampu menciptakan solidaritas spiritual yang tak terbantahkan.

Tidak hanya dari luar negeri saja, namun jemaah asal Indonesia juga menunjukkan kegigihan mereka yang luar biasa. Setiawan, seorang jemaah muda asal Kubu Raya, Kalimantan Barat, mengungkapkan rasa haru dan syukurnya usai menjalani wukuf di Arafah.

Sebagai seorang yatim piatu, ia menjadikan momen haji kali ini sebagai sarana untuk mendoakan orang tuanya dan memohon untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik lagi. Baginya, wukuf bukan hanya sekadar ritual, tetapi anugerah agung dari Allah yang juga membuktikan kehadiran-Nya dalam setiap desah doa umat manusia.

Setiawan kemudian menyampaikan bahwa pelayanan selama di Arafah sangat memuaskan. Fasilitas yang tersedia di sana dinilai layak dan mampu membuat para jemaah bisa beribadah tanpa terganggu.

Ia secara khusus menyampaikan rasa terima kasih kepada Kementerian Agama dan pihak penyelenggara yang telah memberikan perhatian maksimal. Ucapan terima kasih itu mengalir tulus, menjadi wujud penghargaan atas dedikasi yang terlibat dalam menjamin kelancaran ibadah ratusan ribu orang.

Di sisi lain, Ketua DPR RI Puan Maharani juga memberikan perhatian penuh terhadap pelaksanaan haji tahun ini. Ia menilai penyelenggaraan ibadah berjalan cukup baik dan harus terus dijaga hingga akhir.

Menurutnya, seluruh rangkaian yang telah dijalankan oleh jemaah menunjukkan kedisiplinan dan komitmen tinggi dari seluruh petugas lapangan. Pelayanan terhadap jemaah, khususnya mereka yang lansia atau memiliki komorbid, menjadi fokus perhatian agar ibadah tetap berjalan dengan aman dan nyaman.

Puan juga menyoroti sistem baru multi syarikah yang diterapkan oleh Pemerintah Arab Saudi. Sistem tersebut mengharuskan pengorganisasian jemaah dalam kafilah, menggantikan sistem kloter yang selama ini digunakan.

Meskipun menjadi tantangan baru, ia menilai perubahan ini adalah peluang penting untuk memperbaiki pelayanan haji secara menyeluruh. Dengan koordinasi yang tepat antara PPIH dan pihak syarikah, sistem ini berpotensi menjadi standar baru dalam penyelenggaraan ibadah haji modern.

Dalam evaluasinya, Puan menekankan pentingnya mitigasi dini terhadap risiko kesehatan. Ia meminta agar petugas kesehatan segera memetakan jemaah rentan, terutama lansia dan mereka yang mengalami penurunan kebugaran.

Pendekatan proaktif, kata dia, menjadi kunci dalam mencegah ancaman kesehatan seperti kelelahan ekstrem dan heatstroke, yang kerap menghantui pelaksanaan ibadah di kawasan Armuzna.

Kritik dan masukan pun tidak luput dari perhatian. Puan menegaskan bahwa DPR RI akan meminta laporan lengkap dari Kementerian Agama dan mitra terkait untuk memastikan seluruh aspek penyelenggaraan haji dievaluasi secara menyeluruh. Ia juga memastikan pengawasan terhadap persoalan visa jemaah furoda yang batal berangkat tetap menjadi prioritas agar tidak ada pihak yang dirugikan.

Keseluruhan pelaksanaan haji 2025 mencerminkan upaya kolaboratif lintas lembaga dan bangsa dalam memastikan ibadah berlangsung lancar. Rasa syukur tak hanya terucap dari para jemaah, tetapi juga dari pihak-pihak yang terlibat langsung di lapangan. Pemandangan para jemaah yang kembali dari Arafah, Muzdalifah, dan Mina dengan wajah tenang dan mata yang berkaca-kaca menjadi saksi bisu keberhasilan sebuah perjalanan suci.

Sebagaimana diungkapkan banyak pihak, momen haji tahun ini menyatukan harapan, doa, dan rasa syukur dari seluruh penjuru dunia. Di tengah tantangan global dan perubahan sistemik dalam tata kelola ibadah, kesakralan tetap terjaga. Harapan besar pun bergantung pada momentum ini untuk terus memperkuat solidaritas umat Islam dan memperbaiki pelayanan di masa mendatang. (*)

)* Pengamat Kebijakan Publik – Lembaga Sosial Madani Institute

[edRW]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *